Jumat, 08 Februari 2019

Stratigrafi Daerah Penelitian

BAB III
STRATIGRAFI
3.1 Stratigrafi Regional
Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur, maka pada lembar ini terdapat dua mandala (terrane) geologi  sangat berbeda yang sering bersentuhan, yaitu mandala Sulawesi Timur dan Anjungan Tukang Besi-Buton. Mandala Sulawesi Timur dicirikan oleh gabungan batuan ultramafik, mafik dan malih, sedangkan Anjungan Tukang Besi-Buton dicirikan oleh oleh kelompok batuan sedimen pinggiran benua yang beralaskan batuan malihan.Pada Mandala Sulawesi Timur, batun tertua adalah batuan ultramafik yang merupakan batuan alas yang terdiri dari peridotit, diorite, harzburgit, serpentinit, wehrlit, gabro, basal, dan mafik malih serta magnetit. Batuan ini bersama batuan penutupnya yaitu sedimen pelagos diberi nama lajur Ofiolit Sulawesi Timur, batuan ini diperkirakan berumur Kapur. Batuan malihan yang disebut Komplek Pompangeo dikuasai oleh berbagai jenis sekis dan sedimen malih.Selain itu terdapat serpentinit dan sekis glaukofan. Batuan ini diperkirakn terbentuk dalam lajur Benioff  pada akhir Kapur Awal hingga Paleogen (Simanjuntak, 1980, 1986). Hubungan antara ultramafik dengan batuan malihan Komplek Pompangeo adalah sentuhan tektonik.
Anjungan Tukang Besi-Buton dilembar ini dicirikan oleh batuan malihan berumur Permo-Karbon sebagai batuan alasnya. Batuan penyusunnya berupa sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mika-amfibol, sekis grafit dan genes.
Di atas batuan batuan malihan ini secara takselaras menindih batuan sedimen klastika, yaitu Formasi Meluhu dan sedimen karbonat Formasi Laonti.Keduanya diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura Awal.
Pada Neogen takselaras di atas kedua Mandala yang saling bersentuhan itu, diendapkan kelompok Molasa Sulawesi. Batuan jenis Molasa yang tertua adalah Formasi Langkowala yang diperkirakan berumur akhir Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari batupasir dan konglomerat.Formasi Langkowala mempunyai Anggota Konglomerat yang keduanya berhubungan menjemari. Diatasnya menindih secara selaras batuan berumur Miosen Akhir hingga Pliosen yang terdiri dari Formasi Eemiko dibentuk oleh batugamping koral, kalkarenit, batupasir gampingan dan napal. Formasi Boepinang terdiri atas batulempung pasiran, napal pasiran dan batupasir.Secara takselaras kedua formasi ini tertindih oleh Formasi Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari.Formasi Alangga berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum padat.Formasi Buara dibangun oleh terumbu koral, setempat terdapat lensa konglomerat dan batupasir yang belum padat.Formasi ini masih memperlihatkan hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada pantai yang berumur Resen.Batuan termuda pada daerah ini adalah endapan sungai, rawa dan kolovium.

3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian
Pembagian dan penamaan satuan batuan di daerah penelitian berdasarkan litostratigrafi tidak resmi, dengan mengacu pada ciri fisik batuan yang diamati di lapangan, dominasi batuan, keseragaman ciri batuan, posisi stratigrafi dan hubungan antara satu batuan dengan batuan yang lain serta dapat dipetakan pada dasar skala    1 : 25000 (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka daerah penelitian dibagi menjadi 5 (lima) satuan batuan, dari yang termuda hingga yang tertua yaitu :
1. Satuan konglomerat
2. Satuan marmer
3. Satuan sekis muskovit
4. Satuan peridotit
Uraian tiap-tiap satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian dimulai dari satuan tertua sampai yang termuda yang meliputi luas dan daerah sebaran, ciri fisik dan kenampakan petrografis, hubungan dengan stratigrafi dengan batuan lainnya, ketebalan, lingkungan pengendapan dan umur.
3.2.1 Satuan Peridotit Serpentinit
Pembahasan tentang satuan Peridotit Serpentinit daerah penelitian meliputi uraian mengenai dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi meliputi karakteristik megaskopis dan petrografis, umur, lingkungan pembentukan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan lainnya.
3.2.1.1 Dasar Penamaan
Dasar penamaan satuan Peridotit Serpentinit berdasarkan atas ciri fisik litologi dan batuan yang dominan menyusun satuan batuan ini secara lateral serta dapat terpetakan dalam sekala peta 1: 25.000. Batuan yang menyusun satuan ini yaitu Peridotit.
Penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara megaskopis dan penamaan batuan secara mikroskopis (petrografis). Pengamatan secara megaskopis ditentukan secara langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya yang kemudian penamaannya menggunakan klasifikasi batuan beku (Travis,1955). Adapun analisis petrografis dengan menggunakan mikroskop polarisasi untuk pengamatan sifat fisik dan optik mineral serta pemerian komposisi mineral secara spesifik. Pengamatan secara petrografis ini menggunakan klasifikasi batuan beku  (Travis ,1955)

3.2.1.2 Peyebaran dan Ketebalan
Satuan peridotit menempati sekitar 62,03 % dari keseluruhan luas daerah penelitian atau sekitar 33,35 km2.Penyebaran satuan ini menempati daerah Utara Timurlaut memanjang hingga ke Selatan Baratdaya di daerah Tedubara, Lamonggi, daerah penelitian.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada penampang geologi A - B, diperoleh ketebalan satuan ini adalah ±900 m.

3.2.1.3 Ciri Litologi
Secara megaskopis, peridotit pada stasiun 3, lapuk berwarna coklat kehitaman, segar berwarna hijau kehitaman, tekstur faneritik, komposisi mineral, piroksin, olivin, dan serpentin, struktur massiv (foto 3.1). Berdasarkan ciri fisiknya batuan bernama Peridotit Serpentinit (Travis, 1955).











Secara mikroskopis berdasarkan hasil pengamatan petrografi pada sayatan A1 dan A2, Sayatan batuan beku berwarna coklat pada nikol sejajar, abu – abu terang pada nikol silang, tekstur faneritik, kristalinitas hipokristalin, granularitas faneritik ; faneroporpiritik, relasi inequigranular, bentuk mineral anhedral-subhedral.ukuran mineral 0,2 - 1 mm, Komposisi mineral terdiri atas.olivin (45%), serpentin (15%) yang merupakan mineral ubahan dari olivin, piroksin (35%) dan opak (5%), nama batuan Peridotit Serpentinit (Travis, 1955) (foto 3.2)





3.2.1.4 Umur dan Lingkungan Pembentukan
Penentuan umur satuan ini didasarkan pada kesebandingan dengan satuan kompleks Ultramafik, salah satu penyusunnya adalah serpentinit dengan ciri fisik berwarna hijau kotor dan hitam kehijauan, keras tetapi rapuh dan mudah pecah.Tersusun oleh mineral serpentin, piroksin, olivine dan talkum, serta mineral bijih. Berdasarkan kesamaan beberapa ciri fisik berupa kesamaan beberapa mineral penyusun yaitu olivin, piroksin, serpentin dan mineral opak, maka satuan peridotit yang terdapat pada daerah penelitian dapat disebandingkan dengan serpentinit pada Batuan Ultramafik yang berumur Kapur Bawah
Berdasarkan kesamaan ciri fisik dan posisi stratigrafinya, maka satuan Peridotit pada daerah penelitian dapat disebandingkan dengan serpentinit yang merupakan anggota dari Kompleks ultramafik yang terbentuk pada kerak samudra.
3.2.1.5 Hubungan Satuan Batuan
Hubungan satuan Peridotit dengan satuan batuan yang lebih tua tidak diketahui, karena tidak masuk didalam daerah penelitian, sedangkan hubungan satuan batuan yang lebih muda yaitu Sekis adalah bersentuhan struktural dan Konglomerat adalah Ketidakselarasan.
3.2.2 Satuan Sekis Muskovit
Pembahasan tentang satuan Sekis Muskovit daerah penelitian meliputi uraian mengenai dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi meliputi karakteristik megaskopis dan petrografis, umur, lingkungan pembentukan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan lainnya.
3.2.2.1 Dasar Penamaan
Dasar penamaan satuan Sekis Muskovit berdasarkan atas ciri fisik litologi dan batuan yang dominan menyusun satuan batuan ini secara lateral serta dapat terpetakan dalam sekala peta 1: 25.000. Batuan yang menyusun satuan ini yaitu Sekis Muskovit
Penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara megaskopis dan penamaan batuan secara mikroskopis (petrografis). Pengamatan secara megaskopis ditentukan secara langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya yang kemudian penamaannya menggunakan klasifikasi batuan metamorf (Travis,1955). Adapun analisis petrografis dengan menggunakan mikroskop polarisasi untuk pengamatan sifat fisik dan optik mineral serta pemerian komposisi mineral secara spesifik. Pengamatan secara petrografis ini menggunakan klasifikasi batuan metamorf  (Travis ,1955)
3.2.2.2 Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Sekis menempati sekitar 21,4% dari luas keseluruhan daerah penelitian yaitu dengan luas sekitar 11,6 Km2. Penyebaran satuan ini berada di bagian tenggara lokasi penelitian meliputi daerah Tedubara. Secara umum foliasi batuan berarah relarif tenggara sampai barat laut dengan besarnya Dip antara 22 -75
Ketebalan pada dari satuan ini berdasarkan hasil dari perhitungan penampang geologi A ke B yaitu ±750 m


3.2.2.3 Ciri Litologi
Secara megaskopis, sekis muskovit memperlihatkan ciri fisik, segar berwarna abu-abu, lapuk berwarna cokelat, tekstur heteroblastik, komposisi mineral umumnya adalah muskovit dan sebagian kuarsa, struktur foliasi (sekistos), kedudukan bervariasi   N 3300E – N 750E dan dip 110 - 530 (foto 3.3).




Secara mikroskopis berdasarkan hasil pengamatan petrografi pada sayatan  batuan metamorf  berwarna orange kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar, dan Abu-abu kekuningan  pada nikol silang,  tekstur  lepidoblastik, struktur schistose., ukuran (0,05 - 1 mm) tekstur heteroblastik, komposisi mineral muskovit (49 %),, kuarsa (39 %),dan Mineral Opak (12%), struktur foliasi (schistose), nama batuan  Schist Muscovite (Travis, 1955) (foto 3.4)









3.2.2.4 Umur dan Lingkungan Pembentukan
Penentuan umur satuan ini didasarkan pada kesebandingan dengan formasi  Pompangeo, salah satu jenis sekis yang menyusun formasi ini adalah sekis mika dengan ciri fisik berwarna kelabu muda sampai tua, kalabu kehijauan, kelabu kecoklatan dan hitam bergaris-garis putih, keras, umumnya memperlihatkan pendauanan yang sebagian terlipat, pada umumnya bertekstur heteroblatik, terdiri atas mineral nematoblas, lepidoblas yang sebagian telah terlipat, berbutir halus – kasar. Mineral penyusun utamanya adalah kuarsa, hornblende, muskovit, feldsfar, glaukofan, yakut, kordierit, klorit, serisit, epidot, lawsonit, zeolit serta sedikit apatit, titanit dan oksida besi sebagai mineral ikutan.
Berdasarkan ciri tersebut diatas, terdapat kesamaan ciri fisik berupa kesamaan beberapa mineral penyusun seperti muskovit, kuarsa, biotit dan albit, maka satuan sekis muskovit pada daerah penelitian dapat disebandingkan dengan sekis yang terdapat pada Formasi Pompangeo dengan umur Kapur Atas-Paleosen.
Berdasarkan kesamaan ciri fisik dan posisi stratigrafinya, maka satuan Sekis Muskovit pada daerah penelitian dapat disebandingkan dengan Sekis Mika yang terdapat pada formasi pompangeo yang terbentuk pada kerak samudra.
3.2.2.5 Hubungan Satuan Batuan
Hubungan satuan Sekis Muskovit dengan satuan batuan yang lebih tua yaitu Peridotit adalah Kontak Struktural, sedangkan hubungan stratigrafi dengan batuan yang lebih muda yaitu Konglomerat adalah Ketidakselarasan dan batuan yang seumur yaitu Marmer adalah selaras.

3.2.3 Satuan Marmer
Pembahasan tentang satuan Marmer daerah penelitian meliputi uraian mengenai dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi meliputi karakteristik megaskopis dan petrografis, umur, lingkungan pembentukan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan lainnya.
3.2.3.1 Dasar Penamaan
Dasar penamaan satuan Marmer berdasarkan atas ciri fisik litologi dan batuan yang dominan menyusun satuan batuan ini secara lateral sertadapat terpetakan dalam sekala peta 1: 25.000. Batuan yang menyusun satuan ini yaitu Marmer
Penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara megaskopis dan penamaan batuan secara mikroskopis (petrografis). Pengamatan secara megaskopis ditentukan secara langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya yang kemudian penamaannya menggunakan klasifikasi batuan beku (Travis,1955).Adapun analisis petrografis dengan menggunakan mikroskop polarisasi untuk pengamatan sifat fisik dan optik mineral serta pemerian komposisi mineral secara spesifik. Pengamatan secara petrografis ini menggunakan klasifikasi batuan beku  (Travis ,1955)
3.2.3.2 Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Marmer menempati sekitar 9,4 % dari luas keseluruhan lokasi penelitian yaitu sekitar 5.1 Km2. . Penyebaran satuan ini berada di bagian selatan lokasi penelitian meliputi daerah Tedubara.Secara umum foliasi batuan berarah relarif barat daya samoai timur laut dengan besarnya Dip antara 15 – 43.
Ketebalan pada dari satuan ini nerdasarkan hasil dari perhitungan penampang geologi A ke B yaitu ±625 M
3.2.3.3 Ciri Litologi
Secara megaskopis, Marmer memperlihatkan ciri fisik yaitu segar berwarna abu-abu - kehitaman, lapuk berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur granobalstik, komposisi mineral kalsit dan kuarsa, struktur nonfoliasi (grabulos), kedudukan N 2500E – N 3220E dengan dip 150 - 460 (foto 3.5)


Secara mikroskopis berdasarkan hasil pengamatan petrografi pada sayatan C1 dan C2, Sayatan  batuan Metamorf berwarna orange pada kenampakan nikol sejajar dan berwarna abu-abu kemerahan pada kenampakan nikol silang. Tekstur mozaik tekstur, struktur unfoliasi. Komposisi mineral kalsit (97%), dan Mineral Opak (3%). ukuran 0.01 – 0.9 mm, tekstur granoblastik, komposisi, struktur nonfoliasi (granulos), nama batuan Marmer (Travis, 1955) (foto 3.6)








3.2.3.4 Umur dan Lingkungan Pembentukan
Penentuan umur satuan ini didasarkan pada kesebandingan dengan Formasi Pompangeo, terdapat Marmer dengan ciri fisik berwarna kelabu dan kehitaman, tekstur heteroblastik, mineralnya memperlihatkan pengarahan, dominan disusun oleh kalsit dan mineral lainnya berupa kuarsa, muskovit dan biotit,. Berdasarkan ciri tersebut, maka terdapat kesamaan ciri fisik yaitu kesamaan beberapa mineral penyusun berupa kalsit dan maka satuan Marmer pada daerah penelitian dapat disebandingkan dengan Marmer pada Formasi Pompangeo yang berumur   Kapur Akhir -  Paleosen.
Berdasarkan kesamaan ciri fisik dan posisi stratigrafinya, maka satuan Marmer pada daerah penelitian dapat disebandingkan dengan Marmer yang terdapat pada formasi Pompangeo yang terbentuk pada lingkungan laut dalam dan berumur Kapur Akhir – paleosen.
3.2.3.5 Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi satuan Marmer dengan satuan batuan yang lebih tua yaitu Peridotit adalah selaras, sedangkan hubungan stratigrafi dengan batuan yang seumur yaitu Sekis Muskovit adalah selaras
3.2.4 Satuan Konglomerat
Pembahasan tentang satuan Konglomerat daerah penelitian meliputi uraian mengenai dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi meliputi karakteristik megaskopis dan petrografis, umur, lingkungan pembentukan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan lainnya.
3.2.4.1 Dasar Penamaan
Dasar penamaan satuan Konglomerat berdasarkan atas ciri fisik litologi dan batuan yang dominan menyusun satuan batuan ini secara lateral sertadapat terpetakan dalam sekala peta 1: 25.000. Batuan yang menyusun satuan ini yaitu Marmer
Penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara megaskopis dan penamaan batuan secara mikroskopis (petrografis). Pengamatan secara megaskopis ditentukan secara langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya yang kemudian penamaannya menggunakan klasifikasi batuan sedimen (Wenworth 1922).Adapun analisis petrografis dengan menggunakan mikroskop polarisasi untuk pengamatan sifat fisik dan optik mineral serta pemerian komposisi mineral secara spesifik. Pengamatan secara petrografis ini menggunakan klasifikasi batuan beku  (Travis ,1955)
3.2.4.2 Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Konlomerat menempati sekitar 8,5 % dari luas keseluruhan lokasi penelitian yaitu sekitar 4,5 Km2. . Penyebaran satuan ini berada di bagian timur laut lokasi penelitian meliputi daerah Tedubara.
Ketebalan pada dari satuan ini nerdasarkan hasil dari perhitungan penampang geologi A ke B yaitu ±25 M
3.2.4.3 Ciri Litologi
Secara megaskopis konglomerat memperlihatkan ciri fisik yaitu  lapuk berwarna hitam, segar berwarna coklat muda - abu-abu kehitaman, bentuk rounded – subronded, tidak terkonsolidasi dengan baik, tekstur klastik, ukuran butir 2 - 500 mm, sortasi jelek, kemas terbuka, umum tersusun oleh peridotit, sekis, dan marmer, matrik batupasir yang berasal dari peridotit, tersemenkan oleh silika.(foto 3.7)








Secara mikroskopis berdasarkan hasil pengamatan petrografi fragmen peridotit,memperlihatkan warna coklat pada nikol sejajar, abu – abu terang pada nikol silang, tekstur faneritik, kristalinitas hipokristalin, granularitas faneritik ; faneroporpiritik, relasi inequigranular, bentuk mineral anhedral-subhedral.   komposisi mineral terdiri atas Piroksin (35 %), Olivin (45 %). Serpentin (18 %), dan Mineral opak. (2 %), ukuran 0,5 - 1,5 mm), nama batuan Peridotit Serpentinit (Travis, 1955) (Foto 3.8)









Pengamatan petrografis fragmen sekis muskovit pada sayatan Q6, Memperlihatkan warna orange kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar, dan Abu-abu kekuningan  pada nikol silang,  tekstur  lepidoblastik, struktur schistose. Komposisi Mineral : Chlorit (3%), Muskovit (50%), Kuarsa (37%). Mineral opak (10%) (ukuran 0,01 - 0,08 mm), nama batuan Schist Muscovite (Travis, 1955) (foto 3.9)






3.2.4.4 Umur dan Lingkungan Pengemdapan
Penentuan umur satuan ini didasarkan pada kesebandingan dengan satuan konglomerat Pada Formasi Langkowala, salah satu penyusunnya adalah konglomerat dengan ciri fisik berwarna kelabu hingga kecoklatan, kemas terbuka, komponen pembentuk utama terdiri dari kuarsa susu, batuan ultramafik, batuan mafik dan batuan malihan, berukuran 0,5 hingga 3 cm di beberapa tempat mencapai ukuran bongkah, terpilah buruk, massa dasar berupa batupasir, tersusun oleh oksida besi, padat dan keras, batuan ini bisanya berbentuk lensa dan tidak berlapis.
Berdasarkan ciri fisik tersebut di atas, maka terdapat kesamaan beberapa ciri fisik dengan konglomerat pada daerah penelitian, sehingga satuan konglomerat pada daerah penelitian dapat disebandingkan dengan konglomerat yang terdapat pada Formasi Langkowala yang berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal (Simanjuntak, 1994).
Penentuan lingkungan pengendapan didasarkan pada semen yang umumnya bersifat silikaan dan setempat dijumpai bersifat karbonatan, sehingga lingkungan pengendapan satuan ini pada laut dangkal – darat. Hubungan stratigrafi dengan satuan diatas adalah kontak tak selaras.
3.2.4.5 Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi satuan Konglomerat dengan satuan batuan yang lebih tua yaitu Peridotit dan Sekis Muskovit adalah ketidakselarasan,


Tidak ada komentar :

Posting Komentar